Tercatat Inflasi Sulut di 2022 Lebih Rendah Dibandingkan Nasional

BNews, SULUT – Pergerakan harga-harga secara umum di Sulawesi Utara (Sulut) yang diwakili Kota Manado dan Kota Kotamobagu, menunjukkan adanya kenaikan tekanan inflasi pada Desember 2022.

Berdasarkan estimasi Bank Indonesia (BI), inflasi Sulut tercatat sebesar 0,75 persen (mtm) atau 4,27 persen (yoy).

Bahkan ini lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional yang tercatat sebesar 5,51 persen (yoy).

Hal ini pun dipengaruhi oleh inflasi Kota Manado yang tercatat sebesar 0,66 persen (mtm) dan Kota Kotamobagu yang mengalami inflasi sebesar 1,38 persen (mtm).

Baca Juga:Subdit Siber Polda Sulut Ungkap Kasus Pengancaman di Bidang ITE

Maka dengan adanya perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi Kota Manado tercatat sebesar 4,00 persen (yoy) dan ini merupakan yang terendah ke-5 dari 90 kota pencatatan inflasi.

Sementara, inflasi tahunan Kota Kotamobagu tercatat sebesar 6,03 persen (yoy).

Komoditas beras pun telah mendorong inflasi di kedua kota, dengan kontribusi sebesar 0,17 persen (mtm) terhadap inflasi Sulut.

Meski begitu, berdasarkan pemantauan kami, pasokan cenderung stabil di tengah terbatasnya produksi, karena beberapa sentra belum memasuki masa panen,” ujar Kepala Perwakilan BI Sulut Andry Prasmuko, belum lama ini.

Secara nasional, kenaikan harga beras ini didorong dengan meningkatnya harga gabah di tingkat petani dan penggilingan.

Baca Juga:Polda Sulut Dalami Kasus Pencurian Data Elektronik oleh Salah Satu Aplikasi Pinjol

Kata Andry, selain beras, komoditas strategis bawang merah, rica atau cabai rawit dan tomat (Barito), juga ikut mendorong inflasi Sulut, dengan total andil 0,329 persen (mtm).

Tentu, komoditas tomat sendiri mencatatkan kenaikan IHK dari 53,73 ke 175,37 atau sebesar 226,39 persen (mtm) di Kota Manado dan ini merupakan yang tertinggi di Indonesia.

“Berdasarkan informasi yang kami himpun di Pasar Bersehati Manado, pasokan tomat menjelang Hari Raya Natal 2022 cenderung berkurang, sehingga menyebabkan lonjakan harga,” katanya.

“Selain itu, curah hujan tinggi juga diperkirakan menjadi penyebab tidak optimalnya panen tomat di Sulut,” sambung Andri.

Baca Juga:Atlet Bolmut Peraih Medali Emas di Porprov Sulut ke-XI Terima Bonus Rp25 Juta

Sementara itu, komoditas emas perhiasan sebagai komponen inflasi inti juga tercatat inflasi dengan andil 0,03 persen (mtm) di Kota Manado dan 0,01 persen (mtm) di Kotamobagu.

Menurutnya, hal ini didorong adanya peningkatan permintaan masyarakat menjelang HBKN Natal dan Tahun Baru dan meningkatnya harga emas dunia.

Bahkan, tercatat tarif angkutan udara sebagai komponen inflasi yang diatur pemerintah, juga telah mendorong inflasi di Kota Manado dengan andil 0,03 persen (mtm).

“Hal ini terjadi sesuai dengan pola historis di Sulut,” imbuhnya.

Meski demikian, kata Andry, terjaganya kondisi perairan menyebabkan beberapa komoditas perikanan mengalami deflasi, seperti ikan deho dan ikan malalugis di Manado dan ikan selar di Kotamobagu.

Baca Juga:Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Sulut Meningkat, Didominasi Warga Tiongkok

Selain itu, ada juga beberapa komoditas perlengkapan pribadi mengalami deflasi, seperti sepatu, sandal kulit dan celana panjang jeans.

“Ini ditengarai didorong oleh berbagai diskon dari ritel pada periode HBKN Natal dan Tahun Baru,” terangnya, sembari menambahkan.

“Pada Januari 2023, kami memperkirakan Sulut masih akan mengalami inflasi, meski lebih rendah seiring dengan adanya normalisasi permintaan masyarakat,” ungkapnya.

Dirinya juga tak menapik, saat ini curah hujan diperkirakan bakal masih tinggi. Tentu akan berisiko melanjutkan tren kenaikan harga komoditas hortikultura.

Di samping itu, komoditas beras yang diperkirakan memasuki masa panen raya pada Maret 2023, tentu akan mendorong inflasi Sulut.

Baca Juga:Kejaksaan Kotamobagu Bakal Tuntaskan Dua Kasus Dugaan Korupsi di 2023

Sehingga itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulut Lintas Utara, akan terus berkomitmen untuk melanjutkan upaya pengendalian inflasi di 2023 ini, untuk mencapai rentang sasarannya di 3 atau kurang lebih 1 persen (yoy).

Bahkan, sepanjang 2022, TPID Prov Sulut telah menjalankan berbagai program, seperti High Level Meeting menjelang HBKN Idul Fitri dan HBKN Nataru, baik itu rapat koordinasi rutin tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota, serta serangkaian program extra effort pengendalian inflasi.

“Berbai program dilakukan, mulai dari sidak, gelar pasar murah, subsidi transportasi dan pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), menyebabkan tekanan inflasi Sulut cukup terjaga pada rentang batas atas sasaran inflasi serta lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Nasional.

Maka bersamaan dengan penyelenggaraan GNPIP 2022, telah didistribusikannya kurang lebih 40.000 bibit cabai pada November 2022 dan kurang lebih 60.000 bibit pada Desember 2022.

Baca Juga:Diamankan Satresnarkoba Polresta Manado, Perempuan ini Diduga Edarkan Sabu

“Semua yang dilakukan ini, diharapkan dapat turut menjaga tekanan inflasi pada awal 2023,” harap Andry.

Selanjutnya, implementasi GNPIP Sulut, akan diperluas dan dilakukan dengan lebih intensif.

“Ini untuk memberikan dampak lebih luas pada inflasi Sulut dan menjaga daya beli masyarakat di tengah pemulihan ekonomi yang masih berlanjut,” tandas Andry Prasmuko.

Sumber : BI Perwakilan Sulut
Editor    : Wahyudy Paputungan

 

Komentar