Terkait Laporan dan Sanksi Adat Teater Pingkan Matindas, Ini Tanggapan Achi

MANADO—Sutradara teater Pingkan Matindas: Cahaya Bidadari Minahasa, Achi Breyvi Talanggai, mengatakan,  menghormati sikap masyarakat Bolaang Mongondow Raya (BMR), atas pentas seni yang dilakukannya, di eks gedung DPRD Provinsi Sulut, Sabtu (30/10) lalu.

“Jika ada teman-teman yang telah mendorong ini ke ranah hukum, saya menghormati hak mereka sebagai warga Negara. Saya tidak punya kuasa menahan mereka membuat pembenaran supaya mereka tidak melaporkan,” ucapnya, usai mengikuti pertemuan bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwiata (Disbudpar) se Bolaang Mongondow Raya, bersama para budayawan, seniman, pegiat sejarah dan sastrawan yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, Kamis (5/11) kemarin, di Manado.

BACA JUGA: Teater Pingkan Matindas, Ini Hasil Pertemuan Disbudpar se BMR di Manado.

Menurutnya, apa yang ia lakukan adalah sebuah karya seni. Sebagai sutradara segala  konsekwensinya pun ia pertanggungjawabkan. “Karena ini kesenian mereka punya tafsirnya sendiri, saya sebagai sutradara juga punya tafsir sendiri. Nah, akhirnya jika pun ini dibawah ke jalur hukum sebagai warga Negara yang baik saya akan mematuhi hukum. Jika dipanggil saya akan datang, saya akan hadir dengan pengacara saya. Dan jika seandainya ini tidak dibawah ke jalur hukum, itu alangkah lebih baik, dan akan membuat potensi bias akan tipis, lebih kecil lagi. Maka saya berfikir jika pun dibawah ke ranah hukum akan muncul lagi, akan ada riak lagi, bisa saja,” ujarnya.

Ia juga bersedia bertanggungjawab jika masalah tersebut diproses berdasarkan hukum adat yang berlaku di Bolaang Mongondow Raya.

“Sanksi adat saya belum tahu sanksi apa, tadi saya bicara dengan ibu kadis, katanya akan membahas itu (sanksi adat) disana (Bolmong Raya), tentu saya akan melihat sanksi adat itu seperti apa. Saya juga bersedia ke Bolaang Mongondow asalkan keselamatan individu saya bisa terjamin,” katanya.

“Meskipun saya tau suadara-saudara saya di Bolaang Mongondow orang-orangnya baik. Tidak menutup kemungkinan akan ada penyusup orang lain, yang justru punya niat mengangkat issu ini menjadi hangat untuk kemudian terjadi konfrontasi antar etnis, saya kuatirkan itu. Kalau saudara-saudara di Bolmong, saya tidak tidak khawatir. Saya tau rata-rata teman-teman saya di kuliah bahkan sampai hari ini orang-orang di Bolmong itu baik-baik,” sambungnya.

Terkait permintaan maaf, meskipun, sudah disampaikannya secara lansgung melalui pertemuan itu, ia juga akan melakukan di media sosial. “Saya memang beberapa hari lalu, saya ingin menyampaikan permohonan maaf secara langsung lewat video. Tapi saya anggap itu sia-sia ketika massa publik sedang marah. Maka saya menunda itu. Mungkin sebentar saya akan membuat sebuah video itu dan memposting diakun sosial media saya instagram atau di facebook,” katanya.

Diinformasikan, hadir dalam pertemuan itu, Kepala Disbudpar Bolmong, Ulfa Paputungan, Kepala Disbudpar Bolsel, Wahyudin Kadullah, Kepala Disbudpar Kota Kotamobagu, Anki T Mokoginta, Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Bolmut, Ena Humokor, Budayawan dan fiksiwan Sulut, Reiner Ointoe, pemangku adat Bolmong Chairun Mokoginta, perwakilan AMABOM Muliadi Mokodompit, pemerhati budaya Bolmong, H Ambaru, pegiat sejarah Sumitro Tegela, Murdiono Mokoginta, Uin Mokodongan,  bersama sejumlah budayawan, sejarahwan, sastrawan dan seniman Minahasa. (Erwin Makalunsenge)

Komentar