Kepala Daerah di BMR Kompak, Pegiat Sejarah: Ini Harapan dan Menjadi Kerinduan Masyarakat

Kekompakan Empat Kepala Daerah (Kada), yakni Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong) Dra  Yasti Soepredjo Mokoagow, Bupati Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) Drs Depri Pontoh, Wali Kota Kotamobagu Ir Tatong Bara dan Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sam Sachrul Mamonto S.Sos, mendapatkan respon positif dari masyarakat.

Tak hanya itu, foto selfie dalam satu mobil saat menuju ke Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) untuk bersilaturahmi dengan Bupati Iskandar Kamaru S.Pt dan Wakil Bupati Deddy Abdul Hamid, Rabu (3/3/2021), ternyata mampu menyita perhatian masyarakat.

Foto Empat Kada menaiki mobil dinas Wali Kota Kotamobagu, jenis Toyota Alphard dengan nomor polisi DB I K itu, terlihat di postingan akun facebook  sejumlah warga Bolaang Mongondow Raya (BMR). Diantaranya di akun facebook Rivai Mokoagow New dan Patra Mokoginta.

“Salam hormat untuk para pemimpin BMR. Saya selaku intau Bolaang Mongondow merasa bangga dan senang sekali melihat pemimpin-pemimpin di tanah Totabuan seperti ini, semobil dengan wajah sumringah penuh persaudaraan. Suatu pemandangan indah yang sangat langka. Semoga ini menjadi contoh bagi segenap warga BMR bawa sesungguhnya torang samua basudara, pemekaran Bolmong menjadi 5 daerah otonom bukanlah penghalang kekeluargaan tapi penyatu dan penguat kekeluargaan di BMR untuk Molintak kon Totabuan. Asa yang hampir redup dalam perjuangan PBMR makin menyala melihat bersatunya pemimpin pemimpin kami di tanah totabuan ini. Sehat selalu pemimpinku, dipundakmu kami titipkan Provinsi Bolaang Mongondow Raya,” tulis Patra pada keterangan foto yang diposting melalui akun facebooknya.

Pegiat sejarah dan budaya Bolaang Mongondow, Sumitro Tegela menilai, apa yang dilakukan sejumlah warga merupakan harapan dan wujud kerinduan untuk para pemimpin daerah, agar tetap solid, kompak, bersatu membangun daerah ini.

“Secara adat dan budaya masyarakat Bolaang Mongondow Raya memiliki kerinduan itu, Dimana para pemimpinnya itu kompak. Karena di masa raja-raja di Empat ekswapraja kekompakan itu terpelihara,” terang Sumitro.

Lanjut Sumitro, para raja tidak hanya sebatas memiliki hubungan kontak. Tapi memiliki hubungan kekeluargaan. Namun setelah system pemerintahan kerajaan sudah tidak ada, kekompakan para pemimpin juga bernasib yang sama.

“Tetapi masyarakat Bolaang Mongondow Raya, menginginkan kepala daerah tetap kompak dan bersatu. Karena itu adalah wujud dan harapan masyarakat yang sebenarnya,” kata Sumitro.

“Kemudian pesan-pesan moral para leluhur dan tokoh-tokoh Bolaang Mongondow untuk Motobatu Molintak kon Totabuan itu harusnya dipegang teguh oleh para kepala daerah di Bolaang Mongondow Raya, itu yang paling penting,” sambungnya.

Menurut Sumitro, bersatunya kembali para Kada ini merupakan sebuah pengingat bagi semua masyarakat di tanah BMR.

“Bahwa meskipun sudah terbagi wilayah, tapi kita adalah satu kesatuan yang utuh dan memiliki solidaritas yang kuat,” ujarnya.

Bupati Boltim saat mengendarai Mobil

Sumitro mengingatkan kembali apa yang disampaikan Presiden RI Soekarno, bahwa sejarah adalah bagian terpenting dari suatu bangsa.

“Kata Bung Karno Jangan pernah melupakan sejarah. Bolaang Mongondow Raya ini butuh nilai-nilai yang harus diberi contoh oleh para pemimpin daerah, seperti yang dilakukan oleh para raja di masa kerajaan dulu. Termasuk didalamnya pogogutat, pogoginalum yang menjadi symbol budaya. Alangkah luar biasanya jika masyarakat Bolaang Mongondow Raya melihat para pemimpin telah bersatu,” katanya.

Senada disampaikan Uwin Mokodongan yang juga pegiat sejarah dan budaya Bolmong.

“Empat kepala daerah yang berkumpul itu adalah hal yang biasa. Yang menjadi fenomena luar biasa dan langka itu adalah Empat kepala daerah ini, satu mobil dan Bupati Boltim yang menjadi pengemudinya. Itulah wujud pemimpin yang sebenarnya,” kata Uwin.

Ia menjelaskan, para pemimpin daerah Bolmong saat ini harus menjadikan pelajaran sejarah BMR di masa kerajaan. Dimana setelah Bung Karno bersama Bung Hata memproklamirkan kemerdekaan, daerah yang masih bestatus kerajaan diminta bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Raja-raja diminta membentuk Dewan Raja, berembuk dan menentukan arah kerajaan dibawa kemana. Di Bolmong ada 4 Ekswapraja. 4 Raja ini berembuk di Komalig di Kotobangon. Tapi tidak mendapatkan titik temu. Padahal jika ada keputusan atau kesepakatan yang baik, Bolmong memiliki peluang menjadi daerah istimewa seperti Jogjakarta. Berkaca dari sejarah masa lalu itu, maka pemimpin daerah sekarang ini, jangan lagi mengulangi kekeliruan itu, yang kemudian hanya berdampak kurang baik bagi Bolaang Mongondow Raya itu sendiri,” terangnya.

“Ini sangat positif dan sudah seharusnya memang kompak seluruh kepala daerah di Bolaang Mongondow Raya. Karena jika kompak, itu baik juga untuk kinerja pemerintahan,” tandasnya.

(Erwin Makalunsenge)

 

Komentar