Abraham Patra Mokoginta (A.P. Mokoginta) lahir di Bolaang 15 Mei 1885. Putra dari Bua Dabo Sugeha dan Abo Mundung Mokoginta ini, menjabat sebagai Djogugu (Mangkubumi) Kerajaan Bolaang Mongondow (Bolmong), sejak tahun 1911 sampai 1928.
Djogugu atau Mangkubumi adalah jabatan tinggi didalam struktur kerajaan Bolaang. Posisinya seperti setingkat Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia.
Riwayat Pendidikan :
1.Tamat sekolah dasar di Manado.
2. Sekolah pemerintahan pertama (Hoofden School) di Tondano atau lebih di kenal “Sekolah Raja” di bawah asuhan seorang kontrolir belanda bernama Mauritsco. Sekolah ini terdiri dari 3 kelas tidak lebih dari 40 murid, semuanya anak pejabat pemerintah Belanda dan anak anak Raja.
Mereka menggunakan seragam dinas putih dan pasmen (topi) di beri bis keemasan. Anak kepala distrik menggunakan bis perak.
Sekolah ini kemudian di hapus dan diganti dengan sekolah MULO (Meer Uitgebreit Lager Onderwijs) tahun 1913 dan terbuka untuk umum. A.P Mokoginta tamat pada tahun 1903 dengan hasil sangat memuaskan.
3. 1907-1909 tugas belajar pada sekolah pertanian Bogor.
4. Tugas belajar pada Bestuur school (sekolah pemerintahan menengah) 1925-1927 di Jakarta dalam rangka “Ontvoogding” (penghapusan perwalian), yang di janjikan pemerintah Belanda untuk menggantikan jabatan kontrolir orang Belanda oleh pejabat pribumi di Minahasa dan Gorontalo. Sekolah ini dipimpin oleh Mr.Meyer Raneft. Sekolah tersebut juga mendidik orang orang Belanda menjadi “Gezagheber”. A.P. Mokoginta lulus dengan predikat cemerlang.
Riwayat Jabatan :
1. Sesudah lulus sekolah raja tahun 1903 dalam usia 18 tahun, di angkat menjadi penghulu kepala distrik kotabunan sampai tahun 1907
2. Tahun 1909 – 1911 Kepala urusan Pertanian Kerajaan Bolaang Mongondow dengan pangkat “Mantri Cultures” atau setingkat menteri pertanian dengan membuka lahan persawahan secara besar besaran.
Diwilayah Kopandakan 200 ha,Tungoi-Mopait 500 ha, Buyat Kabupaten Bolaang Mongondow Timur saat ini, 100 ha, Motongkad 40 ha serta mendatangkan bibit unggul padi, jagung dari lombok, bibit buah buahan jeruk bali, nenas bogor, durian gajah, kayu jati, juga bibit ternak sapi unggul (onggole) dan kuda Sandelwood dari Makasar dan Soemba.
3. Tahun 1911-1928 diangkat menjadi Djogugu/Landsgrote/Mangkubumi/Menteri Besar Kerajaan Bolaang Mongondow menggantikan kedudukan Djogugu P.A Sugeha.
A.P Mokoginta mengelola pemerintahan dan sekolah-sekolah rakyat. Pada masa jabatannya itu, mulai di bangun juga sekolah belanda (Hoofden school) di bawah pimpinan Dunnebier selaku misionaris Z.N.G (Misionaris Nederlansch Zending Genootschap). Ia juga membangun dan memperbaiki struktur jalan dan jembatan yang menghubungkan setiap wilayah -+ 300 KM, membangun kantor, rumah jabatan staf kerajaan dan pemugaran Komalig Istana di Kotabangon.
Saat kunjungan Departemen Van Onderwijs en Earedients (Departemen Pengajaran dan Agama Belanda ) Jakarta di kotamobagu, A.P Mokoginta memberika argumentasi dan pidato kepada utusan Belanda. Ia mengkritik pengaruh kekuasaan N.Z.G didalam pendidikan sekolah rakyat, sehingga akhirnya sekolah – sekolah rakyat lepas dari pengusaan Misionaris kristen Belanda N.Z.G. Karena mayoritas penduduk Kerajaan Bolaang Mongondow 95 persen saat itu beragama Islam.
4. Pada tahun 1926 A.P. Mokoginta mengikuti sekolah pemerintahan menengah (Bestuur school) di jakarta. Kemudian diangkat sebagai jaksa tinggi Department Van Justitie (Departemen Kehakiman Belanda di jakarta), dengan tugas mengusut Pemberontakan PKI di lokasi kerja Rawa Bangke, Rawamangun dan Rawa Manggis. Dari pengalaman inilah A.P. Mokoginta mulai mengikuti aliran Politik Jong Java.
Salah satu putranya Abram Mokoginta alias Aleng yang saat itu berstatus mahasiswa Perguruan Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Upgesshool) adalah salah satu aktivis Jong Islamieten Bond, yang menjadi cikal bakal pergerakan sumpah pemuda 1928.
Setelah A.P Mokoginta kembali ke Bolaang Mongondow secara diam-diam membentuk gerakan politik bersama para putra Bolaang Mongondow, antara lain Adampe Dolot dan Unta Mokodongan, menjadi Pimpinan Syarikat Islam (S.I) dan Muhammadiyah cabang Bolaang Mongondow.
Riwayat Keluarga:
Ibu A.P. Mokoginta adalah Bua Dabo Sugeha yang merupakan putri Raja (Datoe Pinonigad) Abraham Panungkelan Sugeha dan Abo Mundung Mokoginta yang menjabat Major Kadato Pasi dan Lolayan. Abo Mundung Mokoginta merupakan putra dari Abo Namug Mokoginta yakni penghulu wilayah Passi dan Bua’ Mohondi putri Sultan Jacobus Manuel Manoppo (Jacaobus II).
Raja Datoe Cornelius Manoppo adalah ayah mertua A.P Mokoginta, memiliki anak:
1.Abram Mokoginta
2.Letjend A.Y Mokoginta, perumus SESKOAD untuk mencetak militer yang profesional.
3.Maghdalena Mokoginta atau Bua Lena Mokoginta, pendiri Persatuan Istri Polri Bhayangkari dengan suami sebagai Kapolri pertama RI Jenderal Soekanto Tjokrodiatmojo.
(Sumber: Historia Bolaang Mongondow).
Komentar