Kota Mobagu 1910 dan Kota Kotamobagu 2007

Oleh: Murdiono Mokoginta
(Penulis adalah Alumni Magister S2 Sejarah, FIB, Universitas Hasanuddin)

Mungkin saja banyak yang melewatkan pokok pikiran Bupati H.J.A. Damopolii pada medio tahun 80-an saat membentuk Kecamatan Kotamobagu. Pikiran itu didasari dua hal yakni ‘hitung-hitungan’ politik dan kedua visi otonomi daerah. Aspek politik yang dimaksud oleh Damopolii adalah mengurai eskalasi politik Passi-Lolayan yang selalu lahir tiap terjadi hajatan pemilu dan untuk aspek otonomi daerah adalah visi beliau untuk mempersiapkan Kecamatan Kotamobagu kelak bisa naik status menjadi sebuah kotamadya (Baca: Dodandian, Kinotanoban, dan Kisahku (2003).

Sejarah Kota Kotamobagu sesungguhnya harus dibaca secara holistic bukan parsial. Kota Kotamobagu bila dibaca parsial melahirkan pikiran bahwa sekan wilayah ini baru menjadi ‘kota’ pada tahun 2007. Meski demikian perlahan tapi pasti Kota Kotamobagu yang semula hanya sebuah ‘wacana’ perlahan makin nyata hingga tanggal 2 Januari 2007 wujudnya kemudian lahir berdasarkan ketetapan UU No. 4 Tahun 2007.

Bulan Januari 2007 Kota Kotamobagu lahir dengan penuh suka cita. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 23 Mei 2007, Bapak Siswa Rachmat Mokodongan kemudian dilantik menjadi Pejabat Walikota Kotamobagu. Tanggal pelantikan ini kemudian dijadikan HUT Kota Kotamobagu yang telah dirayakan selama 17 tahun ini. Kita sejatinya bukan merayakan HUT Kota Kotamobagu karena Kota Kotamobagu sendiri lahir pada Januari 2007 bukan Mei. Kita hanya merayakan atau mengenang momentum pelantikan Pjs. Walikota pertama kala itu.

Membaca Kota Kotamobagu secara holistik kemudian membuka pikiran kita bahwa sejarah harus dibaca menyeluruh jangan dipisah-pisah. Bahwa lahirnya Kota Kotamobagu adalah perjuangan dan semangat seluruh masyarakat bukan orang atau kelompok tertentu.

Bahwa Kota Kotamobagu lahir telah sejak lama bukan baru tahun 2007. Perlu juga membedakan pemaknaan HUT dan Hari Jadi. Hari jadi dan HUT suatu daerah sebenarnya memiliki perbedaan maksud.

Hari jadi berkaitan dengan kapan pertama kali wilayah/entitas terbentuk atau lahir sedangkan HUT suatu daerah merujuk pada hari penetapan status daerah tersebut sebagai provinsi, kota atau kabupaten pasca terbentuknya pemerintahan NKRI.

Meski demikian di beberapa daerah mereka menyatukan dua semangat yang sama antara hari jadi suatu wilayah dan HUT dalam sebuah perayaan besar.

Hari jadi Kota Kotamobagu sendiri secara tersirat telah ada antara tahun 1907-1910 saat Raja Datoe Cornelis Manoppo menyebut nama itu mengantikan Kota Baru yang pindah karena gangguan keamanan di wilayah Pontodon, dan sekitarnya antara tahun 1901-1905.

Secara tersurat Kota Kotamobagu kemudian lahir berdasarkan Besluit van Gouverneur-General van Nederlandsche-Indie van 29 September 1910 (Surat Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda 29 September 1910) yang di terbitkan tanggal 8 Oktober 1910 oleh Sekretaris Jendral Hindia Belanda STAAL.

Gubernur Jendral masa itu bermana Alexsander Willem Frederik Idenburg, beliaulah yang mengeluarkan keputusan untuk menjadikan Kota Mobagu sebagai ibukota Afdeeling Bolaang Mongondow. HUT Kota Kotamobagu secara factual harusnya dirayakan setiap tanggal 2 Januari sejak tahun 2007 karena UU No. 4 Tahun 2007 ditetapkan pada tanggal tersebut. Secara resmi Kotamobagu lahir pada bulan Januari 2007.

Sejak tahun 2019 atas usulan masyarakat yang sadar akan sejarah dan kebudayaan Bolaang Mongondow, beberapa lembaga dan komunitas seperti Pusat Studi Sejarah Bolaang Mongondow Raya (PS2BMR), Bolmong-raya Institut, Monibi Institut, dan Historia BMR meminta kepada DPRD Kotamobagu untuk merevisi kembali Perda HUT Kotamobagu yang dirayakan sejak 23 Mei 2007. Karena dilihat dari sisi manapun, tanggal tersebut tidak sesuai dengan semangat sejarah dan pemekaran yang diperjuangkan oleh tokoh-tokoh pemekaran. Karena bila merujuk dalam aspek historis, harusnya hari jadi ditetapkan sejak tanggal 29 September 1910 dan bila merujuk HUT Kotamobagu, harusnya tanggal 2 Januari 2007 sebagai puncak semangat pemekaran.

Memahami hal tersebut pada tahun 2023, DPRD Kota Kotamobagu akhirnya megambil keputusan untuk menggabungkan momentum hari jadi dan HUT sebagai satu kesatuan yang menjadi dasar HUT Kota Kotamobagu hasil inisiatif dewan. Tanggal 19 Januari 1910 kemudian ditetapkan sebagai hari jadi sekaligus HUT Kota Kotamobagu karena terkandung semangat sejarah, patriotisme, dan penghargaan terhadap tokoh-tokoh pemekaran yang selama ini tidak mendapatkan porsi selama 17 tahun ini (23 Mei 2007-23 Mei 2024).

Tanggal 19 diambil dari peristiwa perlawanan masyarakat Kotamobagu terhadap Belanda di Kota Baru pada tanggal 19 Agustus 1902. Tanggal 19 juga diambil dari peristiwa merah-putih tanggal 19 Desember 1945 yang menandai integrasi Bolaang Mongondow ke dalam NKRI. Bulan Januari diambil dari puncak perjuangan tokoh-tokoh pemekaran Bolaang Mongondow yang melahirkan Kota Kotamobagu pada 2 Januari 2007. Bulan Januari kemudian dicanangkan sebagai bulan HUT Kota Kotamobagu kedepan karena UU No. 4 tahun 2007 faktanya ditetapkan pada Januari 2007. Adapun tahun 1910 diambil dari hari jadi Kota Kotamobagu yang lahir 29 September 1910. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa tanggal 19 Januari 1910 kemudian dipilih sebagai HUT Kota Kotamobagu ke depan.

Semangat Kota Mobagu 1910 dan Kota Kotamobagu tahun 2007 tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kota Mobagu tahun 1910 telah menjelama sebagai Ibu Kota dari lima kerajaan (Kerajaan Bolaang Mongondow, Kerajaan Bolango Uki, Kerajaan Bintauna, Kerajaan Kaidipang, dan Kerajaan Bolang Itang).

Adapun Kota Kotamobagu tahun 2007 diwacanakan sebagai Ibu Kota Provinsi Bolaang Mongondow Raya (PBMR) di dalamnya: Kabupaten Bolaang Mongondow (Eks Kerajaan Bolaang Mongondow), Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Eks Kerajaan Bolaang Itam, Bintauna, Kaidipang), Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Eks Kerajaan Bolaang Mongondow), Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Eks Kerajaan Bolaang Mongondo dan Bolango Uki).

Sejak tahun 1910 Kota Mobagu adalah sebuah kota (bukan desa). Kota Mobagu adalah Ibu Kota Negara serikat kerajaan-kerajaan yang tergabung dalam Afdeeling Bolaang Mongondow. Nanti setelah Indonesia merdeka, anehnya Kotamobagu turun status dari ibukota negara menjadi desa/kelurahan saat ini.

Setelah Kabupaten Bolaang Mongondow lahir tahun 1954, Kotamobagu naik status lagi menjadi Ibu Kota Kabupaten dan pada tahun 1980-an naik status menjadi Kecamatan Kotamobagu di masa Bupati H.J.A. Damopolii.

Tahun 2007 di masa Bupati Marlina Moha Siahaan Kotamobagu naik status menjadi Kota Kotamobagu dan kini dipersiapkan untuk naik status lagi menjadi Ibu Kota Provinsi BMR.

Terakhir sejarah mencatat bahwa nama Kota Mobagu lahir dari Raja Datoe Cornelis Manoppo. Kota Mobagu tahun 1910 ditetapkan di masa Controleur Fritz Junius. Adapun pokok pikiran Kota Kotamobagu modern lahir dari pikiran Bupati H.J.A. Damopolii dan Bunda Marlina Moha Siahaan yang mewujudkannya tahun 2007.

Igai kita motobatu molintak kon Totabuan.

Komentar