BNews, BOLTIM – Sanggar seni Abo Tadohe di Desa Moyongkota Baru, Kecamatan Modayag Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) menjadi salah satu pilihan para pemuda untuk mengembangkan bakat di bidang seni budaya.
Sanggar ini menjadi tempat nuntuk melestarian kebudayaan adat Bolaang Mongondow yang mulai terkikis oleh zaman.
“Tujuan didirikannya sanggar ini untuk menjaga dan melestarikan budaya daerah sebagai salah satu warisan leluhur, serta sebagai sarana untuk pemuda agar melakukan hal-hal yang positif,” kata pendiri sanggar Abo Tadohe, Herindra Chrisdianto Mamonto, Sabtu (14/1/2023).
Menurut Herindra, dirinya merasa terpanggil untuk menjaga dan mempertahankan warisan budaya di era perkembangan teknologi sekarang ini.
“Selain itu untuk merangkul generasi muda agar melakukan hal positif dengan cara berkarya dalam bidang seni dan budaya agar tidak terjerumus kedalam hal-hal negatif,” ujarnya.
Lanjutnya menjelaskan, dipilihnya nama Abo Tadohe dikarenakan ada dua alasan. Pertama karena Abo Taode adalah seorang punu atau raja ke 8 Kerajaan Bolaang Mongondow pada Tahun 1620-1650.
“Di mana beliau yang mengatur sistem kehidupan masyarakat serta meletakan dasar pemerintahan Kerajaan Bolaang Mongondow, dan yang kedua Abo tadohe adalah raja yang sejarah perjalanannya ditemukan oleh Inde’ Dou’ di pesisir pantai desa Togid, Boltim,” katanya.
Dia berharap, masyarakat Boltim khususnya pemuda harus mampu menjaga kelestarian budaya daerah dari beragam gempuran budaya asing yang masuk.
“Tidak bisa dipungkiri, bahwa generasi kita saat ini lebih memilih kebudayaan asing yang mereka anggap lebih keren dan modern, oleh karena itu saya sangat mengharapkan sanggar ini bisa menjadi pusat kegiatan berekspresi bagi generasi muda,” harapnya.
Sanggar seni yang berdiri pada tanggal 22 Januari Tahun 2021 ini, telah melakukan berbagai macam pertunjukan mulai dari dalam daerah hingga keluar daerah.
Mulai dari pertunjukan tarian Tuitan dan Kabela penjemputan tamu, hingga diajak berkolaborasi oleh para konten kreator seperti Braga Indie Project.
(Gazali Potabuga)
Komentar