Pilkada dan Kebesaran Jiwa Pemimpin (Bagian 2)

Penulis : M. Hendra

Pemerhati masalah sosial politik

 

Bila kita menyikapi dengan baik dan lapang dada dengan kekalahan maka hal ini dapat digunakan sebagai momentum mengintrospeksi dan kontemplasi diri, secara arif dan bijaksana, disinilah sikap mental dalam menerima kekalahn ditentukan.

Andai kekalahan memicu puncak kemarahan, kecemasan, tidak percaya diri, maka akan merusak citra sendiri serta tatanan lingkungan sosial yang sudah dibangun dalam perjuangan politik selama ini.

Kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan babak baru dalam menata kembali strategi politik secara menyeluruh. Perlu dimaknai bahwa setiap kontestasi tidak ada orang yang mengharapkan kekalahan, bila pada akhirnya kita mengalami kekalahan maka kita harus siap menghadapi dan menerima dengan jiwa besar dan lapang dada.

BACA JUGA: Pilkada dan Kebesaran jiwa pemimpin(Bagian 1).

Kebesaran jiwa para elit politik menerima kekalahan dan memberi ucapan kemenangan rivalnya  dengan legowo  merupakan tindakan terpuji dan terhormat dimata rakyat, .hal itu juga sangat berpengaruh terhadap ketertiban masyarakat

Mungkin kita masyarakat Bolaang Mongondow Raya (BMR) perlu belajar dari Bapak Salihi Mokodongan (mantan Bupati Bol Mong), beliau ketika itu maju dalam kontestasi Pilkada Bol Mong sebagai petahana Bupati. Pertarungan politik antara Ibu Yasti Soeprojo Mokoagow (YSM) sangat terbuka dan berbagai isu di angkat oleh kedua Tim Pemenangan, panas dan berujung kontak fisik karena situasi sengaja diciptakan untuk mencari pemimpin rakyat yang kredibel dan dipercaya oleh rakyat Bol Mong.

Pada saat hari H pencoblosan dan hitung cepat Quick Count menempatkan YSM unggul sementara, maka semua elemen menerima meskipun situasi memanas namun tidak ada gerakan dari pendukung untuk tidak menerima kenyataan. Mengapa kita perlu belajar dari SBM ?. Oleh karena kebesaran jiwa seorang petahana Bupati kemudian kalah dalam kontestasi, tetapi beliau (SBM) menerima suatu kenyataan pilihan politik rakyat Bolaang Mongondow yang sebagian besar memilih YSM dan YRT sebagai pemimpin Bolmong.

SBM dan Tim Pemenangannya dengan jiwa besar mereka menerima relita dan rill politik  pada kontestasi pilkada Bol Mong saat itu. Alangkah elok dan perkasanya seorang Salihi Mokodongan ketika mampu menerima dengan tulus dan ikhlas akan kemenangan YSM dan YRT.

Pelajaran yang dapat kita ambil adalah hadirnya Jiwa Besar sang petahana Bupati (SBM) sambil mengucap Allah belum berkehendak kepada saya dan seluruh pendukung. Dititik inilah seorang Pemimpin Rakyat diuji dan dilihat konsistensinya terhadap ikrar dalam fakta intergritas yang sebelumnya sudah ditandatangani untuk “Siap Kalah dan Siap Menang”, ya, konsistensi sebuah nilai moral dan alat ukur bagi setiap pemimpin ditengah-tengah masyarakat, sehingga kedamaian, kerukunan dan silaturahmi antara sesame anak bangsa tidak ternoda dengan ego pribadi maupun kelompok yang kemungkinan berpikir hanya dalam kadar kepentingan sesaat.

Demikianlah pelajaran yang bisa kita petik dari petahana Bupati (SBM) yang kalah dalam kontestasi Pilkada Bolaang Mongondow Tahun 2016.

Lihatlah para petinju diatas ring, mereka habis bertarung dengan menguras seluruh tenaga dan kemampuan mereka namun pada akhirnya saling merangkul, harus seperti itu mereka sportif, jangan mengumbar kebencian, menyebar hoax dan segala macam yang mengganggu kenyamanan kamtibmas.

Bagi yang menang dalam kontestasi pilkada Kota Kotamobagu, mereka harus menjadikannya sebagai kemenangan rakyat karena mereka dipilih oleh rakyat, sebaliknya bagi mereka yang kalah dalam kontestasi Pilkada maka mereka harus berpikir sportif, lapang dada, dan berjiwa besar sebagai pemimpin rakyat. Bahwa kekalahan itu hanyalah kemenangan yang tertunda dan mereka akan terus memperjuangkan cita-cita kerakyatannya dimasa depan. (*)

Komentar