BOLMONG – Persoalan stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita, menjadi tantangan besar yang dihadapi pemerintah daerah. Terlebih ditengah pandemic covid-19 yang hingga saat ini masih terus mewabah.
Penanganan kasus kurang gizi pada balita ini, membutuhkan kesadaran dan kerja sama semua pihak.
“Persoalan stunting menjadi tanggung jawab bersama semua pihak,” kata Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Tahlis Gallang, saat membuka kegiatan pelatihan kader pemberdayaan masyarakat, yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolmong, di Hotel Sutanraja Kotamobagu, Jumat (9/7).
Tahlis mengungkapkan, angka stunting di Kabupaten Bolmong paling tinggi terdapat di Kecamatan Lolayan. Padahal wilayah tersebut merupakan wilayah pertambangan.
“Tentu ini sangat memalukan, apalagi tingkat ekonominya begitu baik di wilayah itu. Ada bayak juragan – juragan disana, namun kasus stunting di wilayah itu terbilang tinggi,” ucap Tahlis.
“Kekayaan sumber daya alam disana begitu melimpah,” sambungnya.
Ia menjelaskan, penyebab terjadinya stunting bukan karena faktor wilayah atau keluarga itu miskin.
“Bahkan dari data yang diperoleh paling banyak di kecamatan yang sumber daya alamnya bagus, seperti adanya tambang emas, pertanian yang luas dan sebagainya, akan tetapi masih ada stunting,” jelasnya.
Tahlis menegaskan, ini merupakan tanggung jawab kita bersama terlebih orang tua.
“Karena ini merupakan tanggung jawab yang sangat mulia, terlebih seorang ibu. Mereka lebih peka terhadap anak-anak dan bertanggung jawab. Seorang ibu juga lebih tinggi naluri ketimbang seorang ayah,” tandasnya.
Peliput : Yudi Paputungan
Komentar