BOLMONGNEWS BOLMONG –Penamaan bandar udara Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) yakni Loloda Mokoagow mendapatkan dukungan dari warga.
Diantaranya, pegiat sejarah dan budaya Bolmong, Sumitro Tegela.
Menurutnya, penamaan bandara Bolmong dengan memunculkan kembali sejarah tokoh penting Bolmong Raya (BMR) Datoe Loloda Mokoagow, kembali mengingatkan sejarah BMR sekitar 400 tahun lalu yang di tutupi oleh kepentingan kolonial di Sulawesi. Dimana Datoe Loloda Mokoagow pada masa kepemimpinannya, kerajaan Bolaang mencapai masa puncak kejayaannya.
“Berbagai macam data terkait masa keemasan Datu Loloda Mokoagow, masih bisa di temukan di berbagai macam data sejarah eropa, misalnya University Oxford di Inggris atau Leiden Amseterdam. Pengaruh Loloda Mokoagow di masa itu sangat besar. Gubernur VOC Padthbrugges menyebutnya “Prince Of Binangkal /pangeran yang sangat di segani, ” kata Tegela, Kamis (9/8/2018).
Lanjutnya, mungkin hari ini masyarakat BMR tidak terlalu paham atau kenal sejarah Datoe Loloda Mokoagow. Tapi jika fakta dan data sejarah BMR di ungkap dengan sebenarnya, maka imperium kerajaan Bolaang di masa lalu sama sejajar dengan keheroikan Sultan Ternate atau Sultan Hasanudin Makasar. Yang jadi persoalan kerajaan Bolaang meredup oleh politik pecah belah (devide et impera)
“Sejarah segi tiga kerajaan melayu Indonesia Timur di masa lalu akan lengkap, ketika nama Loloda Mokoagow dari kerajaan Boulan semenajung utara Sulawesi kembali muncul. Yakni Boulan (Bolaang), Taranete (Ternate) Maccafar (Makassar).
“Maka Bandara Datu Loloda Mokoagow dari BMR, Bandara Sultan Babulah Ternate, Bandara Sultan Hasanudin Makasar. Datu Loloda Mokoagow bisa di kenang menjadi nama Bandar udara yang memiliki sejarah kuat peradaban melayu nusantara. Secara politik sejarah BMR yang selama ini di tutupi, akan kembali berjaya dengan kekuatan munculnya kekuatan sejarah, ” tandas Tegela yang juga anggota Polri itu. (ewin)
Komentar