Disdik Bolmong Inventarisir Sejumlah Persoalan Sekolah di Pelosok

BOLMONG- Salah satu visi-misi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow (Bolmong) adalah peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) , yang saat ini masih rendah. Itu berarti sektor pendidikan harus menjadi prioritas dan merata di semua wilayah Bolmong. Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow menargetkan di pemerintahannya progres yang signifkan di bidang pendidikan.

Menindaklanjuti hal tersebut Dinas Pendidikan (Disdik) Bolmong melakukan inventarisir terhadap sekolah-sekolah yang ada di pelosok. Sebelumnya sepekan terakhir Disdik Bolmong turun ke sejumlah sekolah yang terisolir seperti di Desa Pomoman, Kecamatan Poigar dan Desa Kolingangaan, di Kecamatan Bilalang.

Kali ini perjalanan tim Disdik Bolmong berlanjut. Kamis (02/07), tim yang dipimpin Kepala Disdik Renti Mokoginta turun ke beberapa sekolah yang ada di Kecamatan Dumoga Timur.

Amatan media yang mengikuti rombongan Disdik, dimulai dari Desa Kanaan. Disitu terdapat sebuah sekolah satu atap untuk Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Molingongot, beruntungnya sekolah tersebut masih cukup baik dari segi infrastruktur maupun jumlah guru.

Di dusun setelahnya, yakni dusun Gunung Sari, terdapat satu SD yang hanya memiliki 3 kelas tanpa ruang guru dan hanya memiliki 13 murid. Sekolah tersebut merupakan sekolah persiapan setelah gedung sebelumnya rusak akibat longsor. “Ini hibah dari warga, kemudian Pemda Bolmong bangun kembali di lahan baru ini untuk sementara,”ujar Kepala Sekolah (Kepsek) SD Gunung Sari, Lusje Nontje Sondakh.

Lusje mengatakan, rata-rata murid di SD tersebut setelah lulus tidak melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya. “Mereka setelah lulus SD, tidak lanjut sekolah lagi, malah justru bertani membantu orang tua,” kata dia.

Dia mengaku telah menghimbau agar orang tua murid agar bisa melanjutkan jenjang pendidikan anak mereka. “Disini jenjang pendidikan mereka hanya sampai SD, yang berlanjut sampai sarjana saja hanya satu orang,” tutur Lusje.

Tim Disdik Bolmong berlanjut ke SDN 1 Ikarad. Di sekolah yang memiliki 15 siswa itu memiliki sejumlah kekurangan, yakni plafon atap yang mulai rusak, serta toilet yang tidak bisa digunakan. Kepsek SDN 1 Ikarad, Marni Longdong mengatakan, biaya bantuan operasional sekolah (BOS) yang diterima tidak mencukupi untuk perbaikan sekolah. “Tahun ini dana BOS kita hanya Rp.12 juta, sementara yang akan kita bangun lebih dari itu,” ujar dia.

Dia mengaku, besaran dana BOS yang diterima sekolah hanya mampu menutupi belanja buku murid, serta pengadaan peralatan sekolah lain. “Kita berharap dana BOS naik agar kekurangan fasilitas yang ada bisa kita penuhi,” tutur Marni.

Tak jauh dari sekolah tersebut, terdapat juga SDN 2 Ikarad, jumlah muridnya lumayan banyak, namun keluhan guru-guru hanya soal medan jalan yang mereka tempuh untuk menuju sekolah. Sebagian besar guru-guru di sekolah tersebut berasal dari Desa Kanaan, yang jarak tempuh ke Desa Ikarad mencapai 3 kilometer. “Tidak jauh kalau jalan bagus, tapi kalau hujan kita was-was karena jalan berlumpur,”ucap salah satu guru di sekolah tersebut.

Perjalanan berlanjut ke SMP Negeri 8 Dumoga. Di sekolah yang memiliki 24 siswa tersebut, ternyata masih kekurangan guru. Kepsek SMP 8 Dumoga Hetti E Potuku mengaku, bahwa sekolahnya masih kekurangan guru bahasa inggris, dan guru seni budaya.

“Kami bersyukur bapak kadis turun meninjau langsung kondisi sekolah, semoga kekurangan ini bisa ditindak lanjuti,” kata dia.

Sementara itu Kepala Disdik Bolmong Renti Mokoginta, mengatakan sejauh ini ada beberapa catatan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan usai melakukan peninjauan sekolah di pelosok. “Fasilitas sekolah, dan tunjangan guru pelosok menjadi catatan kami untuk ditindak-lanjuti,” kata Renti.

Renti mengaku, sejumlah guru di pelosok sudah tidak menerima lagi tunjangan guru pelosok. Padahal itu penting meningkatkan semangat pengajar di wilayah terpencil. “Seperti beberapa sekolah di Desa Ikarad, para pendidik tidak lagi menerima tunjangan guru pelosok. Setelah kita cek ternyata pemberian tunjangan itu berdasarkan data pemberian pemberdayaan desa. Padahal tahun lalu ada, yang pasti kita akan cek lagi,” tutur Renti.

Menurut Renti, kunjungan ke Disdik ke wilayah pelosok ini selain menginfentarisir kekurangan sekolah terpencil juga memberi perhatian serta semangat kepada pendidik. “Saya melihat masih banyak kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi termasuk pendidik, maka penting bagi saya untuk turun membangkitkan semangat mereka. Selain itu kita juga bagikan buku dan alat tulis untuk para siswa,” jelas Renti.(viko)

Komentar