BOLMONG – Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong) Yasti Soepredjo Mokoagow, ikut turun langsung meninjau kondisi jalan pasca longsor akibat bencana alam di Desa Komangaan, Kecamatan Bolaang, Jumat (10/12).
Longsor yang terjadi di ruas jalan Trans Amurang, Kotamobagu, Dumoga (AKD) itu, terjadi pada Rabu (8/12), akibat curah hujan cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir, di wilayah Bolmong.
Saat meninjau lokasi longsor, pantau awak media, Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow langsung bertemu dengan tim Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XV Sulawesi Utara dan Gorontalo, untuk memastikan penanganan serta pembersihan material longsor.
Selain itu Bupati Yasti juga memastikan, longsor tersebut, tidak ada masyarakat yang menjadi korban serta menguntruksikan tim relawan dari BPBD, TNI/Polri, Satpol PP dan lainnya, untuk melakukan penanganan.
“Saya hari ini bersama Kepala BPBD, Camat, angota TNI-Polri serta tim BPJN, memastikan terkait penanganan longsor yang saat ini sedang dalam pembersihan,” ujar Bupati.
Bupati mengatakan, Pemkab Bolmong akan menelaah lebih dalam tentang faktor-faktor penyebab longsor, termasuk penanganan tebing bersama BPJN.
Bupati Yasti pun, mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim relawan, maupun masyarakat setempat yang telah bekerja ekstra dalam membantu penanganan material longsor.
“Kita sangat berterima kasih kepada seluruh relawan yang sudah bekerja keras siang malam. Ini sangat luar biasa. Dan ini akan menjadi sebuah atensi khusus dari Pemerintah Provinsi, untuk segera mendapatkan perhatian,” imbuhnya.
Bupati mengaku sudah menemui Kepala Kepala BPJN XV Sulawesi Utara dan Gorontalo Erik A Singarimbun, untuk dapat bersama-sama mencari solusi terbaik.
“Saya baru selesai meeting dengan Pak Erik dan tim BPJN XV SulutGo. Kami bahas serius, baik program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang,” ungkap Yasti.
“Sebab, jika dibiarkan, kawasan Komangaan akan tetap seperti ini. Kering di musim panas dan longsor di musim penghujan,” sambung Bupati Yasti.
Adapun kondisi di lokasi saat ini, sedang dilakukan pembersihan material longsor, agar supaya arus lalu lintas normal kembali.
Bupati menuturkan, sudah membuat program penanganan kawasan itu dalam tiga tahap, yakni jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Artinya, jelas Bupati, jangka pendeknya adalah penanganan bencana longsor secepatnya, sekaligus mencari alternatif lain bila jalur itu tertutup longsor.
Sedangkan jangka menengah lanjutnya, adalah memberi penyadaran kepada masyarakat untuk tidak membuat bangunan permanen di bantaran sungai. Logikanya 50 meter dari bantaran sungai tidak boleh ada bangunan.
“Jangan membangun rumah permanen. Selain menyalahi aturan, juga membahayakan. Baik jiwa kita dan pemukiman kita,” tuturnya.
Selain itu Bupati Yasti berharap, warga rela agar lahan di pinggiran gunung diikhlaskan untuk dibangun dam atau talut guna menjadi penyanggah saat musim hujan.
Apalagi, kondisi tanah di wilayah Komangaan memang rawan, pergeseran dan juga tebingnya masih tinggi. Sehingga, jalan terbaik adalah Cutting untuk dibuatkan Dam.
“Tentu ini perlu kerelaan warga untuk memberikan lahannya. Saya sangat berharap warga bisa memahami bahwa jika dibiarkan terus seperti ini, maka kejadian seperti ini akan terus berulang. Terutama saat musim hujan tiba,” pinta mantan Ketua Komisi V DPR RI ini.
Selain itu untuk jangka panjang, setelah di Cutting, di atas lahan nanti ditanami tanaman tahunan. Untuk menjadi penyerap air saat musim hujan.
“Itu progres yang akan kita lakukan bekerjasama dengan BPJN XV dan Pemkab Bolmong. Tentu juga dibutuhkan lobi ke Kementrian PUPR untuk pendanaan sebab ini jalan nasional,” tandas Yasti.
(Advetorial)
Komentar