BolmongNews.com, Politik–Anuardin Mokoginta SP, sosok intelektual muda yang sederhana dari Bilalang. Itulah kesan pertama ketika berjumpa dan melihat Kader dari Bilalang ini.
Anuardin yang akrab disapa Din atau papa Wiyah ini, lahir di Desa Bilalang III, 41 tahun silam tepatnya 28 Desember 1977 merupakan Sulung dari tiga bersaudara.
Din biasa di panggil oleh teman sejawatnya merupakan kakak kandung dari Letkol Inf. Asman Mokoginta (Dandim Purwodadi Jawa Tengah) dan Ahmat Mokoginta, ST.
Putra dari Aki dan Ba’ai Wiyah ini di dalam keluarga merupakan inspirator sekaligus motivator bagi adik-adiknya. Di masa kecil, Din mengeyam pendidikan dasar di SD Negeri 1 Bilalang, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Kotamobagu.
Ketika beranjak remaja Din kemudian mencoba peruntungan yg tidak lazim di jalani remaja dimasa itu dengan memilih Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP) Mokintob yang terletak di wilayah Dumoga. Sekolah yang letaknya puluhan kilometer dari Kotamobagu ini, menjadi pilihan meski harus terpisah dari orang tua, karena saat menempuh pendidikan harus tinggal di Asrama.
Selama mengeyam pendidikan Anuardin Mokoginta merupakan siswa berprestasi baik di Sekolah Dasar, Menengah Pertama maupun Menengah Atas.
Pasca menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Teknologi Pertanian, Anuardin Mokoginta bercita-cita melanjutkan ke perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat. Namun, sempat tidak di setujui oleh orang tua karena faktor biaya.
Karena tekad yang kuat dan semangat pantang menyerah, Din bersikukuh mendaftarkan diri dan lulus melalui seleksi yang ketat.
Akhirnya Anuardin Mokoginta melanjutkan Pendidikan di IPB dengan mengambil Program Studi Diploma III Jurusan Agronomi.
Selama di IPB, Din salah satu mahasiswa saksi hidup lengsernya Presiden Soeharto pada tahun 1998. Din ikut terlibat langsung dalam aksi demo mahasiswa seluruh iIndonesia yang berlangsung di Jakarta.
Walaupun aktif di kegiatan kemahasiswaan, Anuardin tetap memperipritaskan studinya di IPB. Aalhasil, ia mendapat predikat sangat memuaskan.
Setelah menyelesaikan Pendidikan Diploma di IPB, Din kembali melanjutkan Studi Strata satu (S1) di Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang Jawa Timur.
Din mengambil Program Studi Manajemen Pertanian dan lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Selesai mengeyam pendidikan di pulau Jawa, ia kembali ke kampung halamannya dengan Gelar Akademik Sarjana Pertanian (SP).
Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya selama duduk di bangku Kuliah, Din bekerja di sebuah Perusahaan yag bergerak di bidang perkebunan cengkih terbesar di wilayah BMR yang terletak di Kecamatan Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
Kurang lebih 10 tahun ia bekerja di perusahaan tersebut. Setelah cukup pengalaman managerial yang di dapat dari perusahaan itu, ia memutuskan untuk berhenti karena ingin terjun langsung di tengah-tengah masyarakat dengan menjadi Pendamping (Fasilitator) untuk Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayah Dumoga Kabupaten Bolaang Mongondow, kurang lebih 2 tahun. Saat muncul program Pemerintah tentang Dana Desa, Anuardin kemudian terpanggil untuk melakukan pendampingan bagi masyarakat Desa dengan menjadi Pendamping Desa di Wilayah Kecamatan Bilalang.
Bak gayung bersambut, kader Bilalang ini di tempatkan di wilayah yang notabene adalah kampung halamannya sendiri.
Selama melakukan pendampingan Desa di wilayah Kecamatan Bilalang, Din berusaha melakukan tugasnya dengan baik sebagai kontribusi nyata dalam membangun Desa melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta pengelolaan keuangan.
Karena fungsinya sebagai Pendamping Desa, sehingga tatap muka dan koordinasi dengan Pemerintah dan masyarakat sangat sering terjadi di dalam musyawarah Desa dalam merumuskan program-program kegiatan yang akan dilaksanakan Desa dan yang akan di usulkan ke Pemerintah Kabupaten.
Keterlibatannya langsung di dalam pembangunanan Desa inilah yang membuat Din dikenal baik oleh masyarakat dan Pemerintah setempat. Karena kedekatan emosional ini juga , Din mulai menggali aspirasi dan harapan masyarakat di Kecamatan Bilalang.
Kurang lebih 2 tahun menjadi Pendamping Desa, dirasa cukup untuk mengetahui dan memahami permasalahan, aspirasi dan harapan masyarakat di Kecamatan Bilalang, dan akhirnya Suami dari Hastuty Sugeha SPd ini, memutuskan untuk berhenti karena ingin berbuat lebih bagi masyarakat dan kampung halamannya.
Melihat perkembangan yang ada, Din menilai Pemerataan pembangunan di Wilayah Bolaang Mongondow belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Berdasarkan pengalamannya, Din menilai bahwa pembangunan di Kecamatan Bilalang masih dalam tahap mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lain. Padahal potensi alam di bidang Pertanian dan Perkebunan sesungguhnya bisa menjadi primadona jika ditunjang dengan infrastruktur dan teknologi pertanian yang memadai.
Din juga menilai, bahwa sumber daya manusia di Bilalang sebenarnya cukup baik dan bisa berkompetisi dengan daerah lain. Ini terbukti dari beberapa Putra Bilalang yang bisa mengukir Prestasi di luar daerah. Hanya saja kita yang ada di daerah sendiri kurang mendapat kesempatan di posisi-posisi strategis, sehingga potensi sumber daya manusia yang ada belum bisa berbicara lebih di tingkat pengambil kebijakan.
Inilah yang akhirnya mendorong Anuardin Mokoginta memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan menjadi Calon Legislatif (Caleg) sebagai representasi masyarakat yang ingin perubahan ke arah yang lebih baik.
Dengan mengusung Visi “Bilalang Bangkit”, Anuardin akan berada di tengah-tengah masyarakat Bilalang karena kecintaannya kepada kampung halaman yang telah menjadi karakter kuat di dalam dirinya.
Anuardin menginginkan, anak-anak muda Bilalang yang akan menjadi tongkat estafet pembangunan. Nantinya harus berada di garda terdepan dalam berjuang dan sedari dini harus mengambil peran sesuai kapasitas dan keahliannya masing-masing. Sehingga dapat memberikan sumbangsi dan kontribusi nyata bagi pembangunan ke arah yang lebih baik.
Bagi Anuardin Mokoginta, Bilalang bukan hanya sekedar nama, namun Bilalang adalah harga diri. (*)
Komentar