BOLMONG – Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat besar, termasuk di sektor pertanian.
Derah yang dikenal dengan lumbung beras di Provinsi Sulawesi Utara itu, ternyata dibeberapa tempat terdapat komoditas baru yang memiliki nilai ekonomis dan permintaan tinggi di pasar internasional. Yakni tanaman Porang, yang kini tengah didorong oleh Presiden Jokowi sebagai salah satu komoditas unggulan di Indonesia.
Diantaranya di Desa Sauk Kecamatan Lolak. Tanaman ini di budidayakan oleh masyarakat setempat sejak tahun 2020.
Beberapa waktu lalu Tim Kementrian Pertanian melalui Balai Karantina Pertanian Manado, juga telah berkunjung melihat langsung budidaya tanaman tersebut di lokasi perkebunan Desa Sauk.
“Tanaman porang menjadi salah satu komoditas di Provinsi Sulawesi Utara yang direncanakan untuk produk ekspor ke negeri Sakura, Jepang,” kata penanggungjawab Karantina Pertanian wilayah kerja Bandara Sam Ratulangi, Suhadi Laoh kepada Bolmong.news, saat meninjau langsung lokasi perkebunan Porang di Desa Sauk.
Tanaman Porang ternyata banyak tumbuh di Desa Sauk Kecamatan Lolak. Bahkan sebagian warga di desa tersebut sudah melakukan penjualan umbi porang sejak tahun lalu.
“Pembelinya dari Makasar, kurang lebih sejak bulan Oktober hingga Desember tahun 2020 ada sekira 30 ton umbi dan buah katak yang kami jual,” kata Muktar Gobel warga Desa Sauk.
Menurut Muktar, luas areal perkebunan yang telah ditanami Porang di desanya, saat ini lebih dari 10 hektar.
“Sekarang kalau hanya 10 hektar itu ada yang sudah di tanam oleh masyarakat di desa kami ini,” ungkapnya.
Terpisah Kepala Dinas Pertanian Bolmong, Remon Ratu mengatakan, sangat mendukung budidaya tanaman porang yang terus dikembangkan petani di Desa Sauk.
“Namun, tanaman porang di Bolmong sampai saat ini baru pengembangan secara personal. Sehingga belum dimasukan dalam program kami,” kata Remon, saat berbicang dengan Bolmong.news, di ruang kerjanya, Jumat (3/9).
Remon sendiri berharap, kedepan akan memasukan dalam program untuk pengembangan tanaman porang.
“Saat ini, pemerintah daerah masi berfikir investor yang mau bekerjsama dengan petani. Khususnya petani porang di Bolmong. Jika investor sudah ada, tentu kami akan eksis dengan tanaman ini,” harapnya.
Dirinya mengungkapkan, investor sangat dibutuhkan di Bolmog saat ini. Apalagi dalam bidang pertanian. Takutynya, kata Ratu, jika kita belum memiliki investor dan harga porang akan anjlok, akan sangat merugikan para petani.
“Kedepannya kita mau ada mitra dulu. Jika itu terpenuhi dan ada yang mau menampung hasil produksi porang, tentu kami bersama petani akan sangat siap eksis,” ungkapnya.
Ia lanjut menjelaskan, Ibu Bupati saat ini terus mendorong pembangunan Kawasan Industry Bolaang Mongondow (KIMONG). Dan pemerintah berharap itu segera terwujud, apalagi areal pertanian kita mempunyai wilayah begitu luas.
Tentu ini akan sangat menguntungkan petani juga investor. Tanaman ini, mampu hidup di bawah pohon kelapa. Dan produksinya pasti akan melimpah.
“Pada pokoknya, kami berharap sudah ada investor yang mampu menampung hasil petani. Jangan sampai produksi porang kita melimpah, namun tak tau harus pasarkan ke mana,” jelas Ratu sembari menambahkan.
“Mudah-mudahan Ibu Bupati Yasti terus mempercepat pembangunan KIMONG, sehingga petani kita tak perlu lagi cape-cape menjualnya ke luar daerah,” harap dia.
Ia juga meminta, petani di Desa Sauk, agar terus ada anemo dalam mengembangkan budidaya tanaman porang.
“Jika KIMONG ada, pasti investor yang masuk akan sangat baik untuk petani kita dan terlebih daerah akan lebih maju lagi,” tandas Remon.
Diketahui, petani di Bolmong, terlebih di tegah masa pandemi covid-19, lebih cenderung menanam jagung dan padi. Karena masa panennya hanya 3 – 4 bulan saja. Sedangkan porang jangka panennya cukup lama yaitu 8 bulan maksimal. Namun harga produksi porang begitu sangat fantastis, terlebih tanaman penghasil umbi ini memiliki banyak manfaat. Diantaranya diolah menjadi tepung, bahan makanan, untuk kebutuhan industri dan kosmetik.
(Yudi Paputungan)
Komentar