Oleh : Abdussalam Bonde
(Ketua KNPI Kabupaten Bolaang Mongondow)
GENERASI Abad 21 dewasa ini telah dituntut untuk mampu menghadapi segala tantangan arus globalisasi yang maha dahsyat ditengah warisan krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia. Diantara tantangan yang sulit dielakkan adalah krisis kepemimpinan, ideologi, kemanusiaan, ekonomi, dan invasi intelektual, serta derasnya infiltrasi budaya asing yang syarat; membawa nilai-nilai demoralisasi melalui kecanggihan media; dari berbagai sudut dunia yang dapat diakses dengan instant oleh siapapun, dimanapun, kapanpun, dengan mudah dan murah. Pengaruh negatif dari arus globalisasi yang di motori oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, merupakan tantangan utama generasi Abad 21.
Disadari atau tidak tantangan-tantangan diatas, praktis telah berubah seperti: new colonialisme; yang dipelopori oleh kekuatan neo-feodalisme dan neo-kolonialisme gaya baru. Penjajahan terhadap pola pikir atau ghazwul fikri ini, meskipun tidak menjajah secara fisik, tetapi dapat merusak pola pikir bangsa Indonesia, khususnya pemuda. Sehingga hal tersebut membuat bangsa ini kembali seperti terjajah. Jika ini tidak disikapi dengan bijak, maka makin hari keadaan ini makin parah. Saatnya pemuda bergerak melawan secara global dengan cara belajar; membangun koneksi jaringan akal sehat yang sesuai dengan tuntutan dan kemauan generasi Abad 21. Untuk itu, posisi-posisi kepemimpinan sudah harus di isi oleh pemuda-pemudi yang berparadigma revolusioner, beritegritas, berkarya-rasa-karsa-cipta, dan dengan mengedepankan model kerja-kerja intelektual yang nyata, serta lebih mengutamakan soft-confrontasi dari pada hard-konfrontasi dalam gerakan. Karena penjajahan yang dihadapi oleh generasi Abad 21 adalah penjajahan melalui media, bukan lagi dengan senjata.
Bila kita sejenak mereview peristiwa-peristiwa diawal Abad 20 silam, dimana bangsa Indonesia waktu itu disibukkan dengan upaya menghalau penjajahan bangsa Belanda dan Jepang, kaum mudalah terdepan turut terlibat berjuang melawan para penjajah, hingga tak terhitung lagi berapa yang gugur. Dengan perjuangan tersebut, hingga akhirnya membuahkan hasil kemerdekaan Indonesia. Namun saat ini Pemuda Abad 21 memiliki tantangan yang berbeda dari sebelumnya. Kita telah berada di Abad 21; dimana invasi intelektual, propaganda dan konsipirasi global menyelimuti setiap aktivitas kita. Hal ini seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahauan dan teknologi internet dan gadget yang merambah disemua aktivitas manusia termasuk politik dan bisnis. Masalah ini harus segera di atasi oleh kaum muda, dengan memperkuat kesadaran ideologi, memperluas jangkauan pikiran dalam wadah besar yang di dalamnya berkumpul setiap entitas kebangsaan: suku, agama, ras dan golongan. Beradaptasi dengan cepat dengan melakukan navigasi yang lincah dan tepat, untuk memecahkan setiap permasalahan. Dengan kata lain Pemuda Abad 21 diharapkan mampu menjadi pemimpin masa depan. Menjadi change agent, yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik.
Persolan kemudian adalah apakah pemuda Indonesia khususnya pemuda Bolaang Mongondow Raya punya cakupan fungsi dan kemampuan berpikir kritis yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, media, dan teknologi? Hari ini kita harus akui bahwa pemuda tidak mempunyai “grand design” yang jelas. Padahal secara kependudukan pemuda mempunyai kekuatan ± 34% dari populasi penduduk Indonesia, yang seharusnya menjadi potensi besar dalam menjawab setiap tantangan. Kita harus punya desain besar yang menjadi blueprint; yaitu titik fokus apa yang harus dikerjakan. Karena itu, saya menawarkan desaian besar Pemuda Abad 21 harus CHM (Cerdas, Humanis, Melineal). Dengan desain besar pemuda cerdas, pemuda humanis, pemuda melinial, maka diharapkan nanti kitalah generasi muda yang siap secara global yang kelak membawa daerah dan bangsa kearah yang lebih maju.
Tentu ada yang bertanya apa yang dimaksud dengan “Cerdas, Humanis, Melineal” itu? Pertama ; Pemuda Cerdas: berarti pemuda yang sempurna perkembagan akal budinya untuk berfikir dan mengerti. Cerdas bukan hanya sekedar pintar, tetapi juga bijak dalam mengaplikasikan ilmunya dengan tepat. Cerdas berarti dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan, segala perubahan, dan segala pemikiran. Bukan dalam arti kita tidak punya pendirian sehingga mudah terombang-ambing. Tetapi kita harus memiliki pemikiran terbuka. Sebagai contoh, dalam menggunakan teknologi yang saat ini sudah berkembang menjadi amat canggih, maka gunakanlah teknologi ini dengan bijak untuk kepentingan yang berguna bagi bangsa dan negara. Jangan terlena menggunakan teknologi ini untuk sesuatu yang tidak berguna. Apalagi dengan tujuan berbahaya, yang mengancam keutuhan bangsa. Dengan bijak dalam berfikir dan bertindak, itulah yang dikatakan pemuda cerdas sebagai mana tujuan bernegara kita yang terkandung UUD 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kedua ; Pemuda Humanis: dipandang sebagai pemuda yang memiliki gagasan-gagasan kecintaan akan peri kemanusiaan, peri keadilan, perdamaian, dan persaudaraan. Secara historis pemuda zaman dulu sudah mendahuluinya dengan berjuang antara hidup dan mati demi mendeklarasikan “Sumpah Pemuda” yang kemudian menjadi tolak ukur betapa pedulinya pemuda-pemudi masa itu pada nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian dan persaudaraan. Hal ini harusnya menjadi contoh bagi kita sebagai pewaris perjuangan, bukan pemuda yang asik dengan alamnya, sibuk dengan akademiknya, sombong dengan kekuasaannya, serta bahagia dengan wirausahanya. Tetapi acuh terhadap lingkungan sekitarnya. Jika keadaan tersebut merajalela terhadap seluruh pemuda di Indonesia bisa dibayangkan betapa rusaknya negara kita memiliki pemuda yang sibuk dengan duniannya sendiri dan tidak mau mengabdikan dirinya untuk masyarakat dan negara. Untuk itu sebagai pemuda humanis kita berkewajiban memikirkan solusi dan ikut terlibat memperbaiki permasalahan bangsa saat ini. Kita perlu merefleksikan diri bahwa pentingnya bersosialisasi dengan kehidupan sosial, termasuk ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sebagaimana amanat konstitusi kita.
Ketiga ; Pemuda millennial : adalah terminologi generasi saat ini. Pemuda yang tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama internet dan entertainment. Namun sayangnya, mereka cenderung hidup dengan pola kekebasan, materialis, dan hedonis. Sementara tingkat persaingan semakin keras, termasuk kualitas dan kinerja manusia. Ditengah persaingan hidup itu, pemuda melineal wajib melahirkan gagasan, ide dan inovasi kreaktif berbagai prodruk barang (goods) dan jasa (service) yang kemudian melahirkan jiwa interpreniur. Dari generasi meleniallah lahirnya Youtube, Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dll. Inovasi pasar jasa seperti: Go-Food, Go-Box, Go-Send, Go-Clean, Go-Message yang kini sudah bisa ditemui di aplikasi Go-Jek. Inisiatif terhadap penciptaan produk-produk diatas perlu diasah dengan sentuhan jiwa intrepreniurship terus menerus. Yang nantinya akan melahirkan intrepreniur yang hebat, sehingga kita layak disebut sebagai pemuda melenial. Pemuda juga harus mampu berusaha menjadi bijak dalam penggunaan media sosial. Kita bisa berguna dan bertambah pintar apabila menggunakan media sosial dengan benar. Sebaliknya kita bisa menjadi bodoh dan menjadi penyebar hoax apabila kita menggunakan media sosial dengan tidak benar. Media sosial bisa jadi instrument politik, maka kita harus tetap optimis dan tidak berhenti melakukan langkah-langkah perbaikan, termasuk dalam urusan politik. Peduli dengan kualitas politik dan berani terjun ke dalam dunia politik. Karena perbaikan politik hanya akan terjadi pada saat orang-orang baik, profesional dan berintegritas ikut terlibat di dalamnya.
Dengan memahami secara utuh potret grand desain pemuda cerdas, pemuda humanis, dan pemuda melineal, maka kita sudah memiliki pandangan yang sama terutama yang berkaitan dengan aspirasi, dan sudut pandang pada segala aspek kehidupan pemuda.
Dengan demikian, maka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya bisa tepat sasaran. Karena pada akhirnya juga, nasib dan masa depan bangsa dan negara ditentukan oleh Pemuda Abad 21 yang cerdas, hebat dan maju.(*)
Komentar