BNews, BOLMONG – Adalah hal biasa dalam perayaan HUT Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Pemerintah Kabupaten melalui panitia pelaksana mengundang sejumlah elemen masyarakat.
Tak terkecuali kelompok kesenian maupun perorangan, untuk turut mengisi agenda peringatan HUT melalui serangkaian acara dalam bentuk kesenian atau pentas kebudayaan.
Ini sebagaimana yang tergambar dalam peringatan HUT Kabupaten Bolaang Mongondow ke-70 tahun, yang jatuh pada tanggal 23 Maret, namun Paripurna HUT dilaksanakan pada Senin 25 Maret 2024 pagi tadi.
Monibi Institute sebuah wadah yang menaruh perhatiannya dalam urusan kebudayaan melalui kegiatan penelitian, publishing (penulisan dan penerbitan buku bertema sejarah dan kebudayaan), termasuk di dalamnya terdapat sanggar seni yang berbasis pada komunitas budaya, adalah yang turut terundang.
Mereka tampil membawakan apa yang oleh ‘kepala suku’ Monibi Institute, demikian istilah yang digunakan komunitas kebudayaan ini, Uwin Mokodongan, sebagai pementasan tari Masau yang dibawakan menggunakan latar Bondit Bolian.
Di mana Bondit Bolian adalah syair panjang yang dilantunkan seorang bolian atau pimpinan upacara spiritual, dalam ritual pemanggilan arwah leluhur dan pengobatan ketika dalam keadaan trance.
Tari Mosau ini, kata Uwin Mokodongan, sengaja diberi latar syair bolian yang kemudian dipentaskan , dengan memadu-padankan pada gerakan seni bela diri Mongondow.
“Dikenal dengan sebutan Ragay yang diberi sentuhan koreografi,” terang Uwin.
Alasanya, lanjut penulis buku Toedoe In Passi; Sejarah Desa Hingga Kiprah Loloda Mokoagow ini, agar lebih menarik kaitan dengan peringatan HUT, dan urusan pementasan yang mereka isi saat break Paripurna HUT Kabupaten Bolaang Mongondow.
Namun dibalik pementasan tersebut, redaksi mencoba mengonfirmasi adanya gerakan di akhir pementasan.
Di mana menurut redaksi, itu semacam sebuah insiden di luar dari skenario pentas sebagaimana juga dibincangkan sejumlah kalangan yang turut memperhatian video secara detil. Termasuk kiriman maupun unggahan sejumlah netizen dan yang tembus di meja redaksi.
“Oh, soal yang di akhir itu? Iya, itu memang insiden saja,” kata Uwin yang sebelumnya sempat mengelak.
Ketika dikejar awak media, ‘Kepala Suku’ Monibi ini akhirnya mengatakan, bahwa kejadian itu cuma insiden belaka dan itu biasa.
Ia lantas menerangkan, jelang penghujung babak dimana para penari hendak mengakhiri pentas, Uwin yang berperan rangkap yakni sebagai penabuh gendang sekaligus pelantun nyanyian, (karena ada pemain yang alpa).
Tiba-tiba mengakhiri ketukan gendang dengan kode sekali ketuk yang kuat, lalu menarik sebilah pedang di sampingnya, kemudian sontak berkelebat ke arah penari dan menebaskan pedang itu ke arah kakinya.
Sontak Yudi anggota Monibi yang berperan selaku penari dalam pentas itu, secepat kilat menghindari tebasan itu meski urung. Namun beruntung tebasan itu tak membuat kakinya terluka.
“Sebenarnya tidak kena,” kilah Uwin meski potongan video yang beredar dengan jelas memperlihatkan bagaimana ia menebas kaki Yudi sang penari.
Ketika ditanyai redaksi apa yang membuatnya tiba-tiba melakukan itu, Uwin mengatakan, bahwa ia berpikir masih dalam suasana latihan.
“Biasanya ketika kami dalam sesi latihan dan ada penari yang salah, maka sebagai bentuk hukuman, sontak saya mengayunkan pedang mengincar kaki mereka menggunakan pedang, namun itu dilakukan sekadar bergurau saja, tidak sungguh-sungguh,” katanya.
“Rupanya kebiasaan dalam sesi latihan itu terbawa saat pentas,” sambung Uwin.
Namun dalam potongan video yang beredar di kalangan netizen, termasuk yang dibuat netizen dengan slow motion, sesudah menebas kaki penari (Yudi) dengan pedang, Uwin berpindah ke penari yang satunya lagi dan hendak pula menebas kakinya. Orang-orang yang menyaksikan itu bahkan sempat dibuat kaget.
“Ah, tidak kaget, mereka penonton di sidang paripurna itu kan ketawa malah. Video itu pasti sudah diedit. Lagian saya sekadar bergurau saja, atau terbawa dikira masih sesi latihan,” kilah Uwin.
Yudi penari dalam pentas tersebut ketika dihubungi redaksi mengatakan, bahwa Uwin memang biasa bergurau.
“Dia bergurau saja, tak ada maksud tertentu. Namun karena orang banyak merekam dan memperhatikan, jadinya macam insiden,” kata Yudi.
Keterangan ini turut dibenarkan rekannya, Agil Potabuga, penari yang merupakan lawan main Yudi.
“Kepala suku memang begitu, suka bergurau. Mungkin ada gerakan kami yang salah, dan ia bergurau saja,” kata Agil.
Setelah diusut, sumber yang mengaku namanya tak perlu dipublish mengatakan, bahwa pedang yang digunakan itu adalah milik seorang yang pernah memerankan sebagai tangsin, saat perayaan Cap Go Meh beberapa tahun lalu sebelum covid melanda.
“Itu pedang milik Berti, di Passi. Ia dulu pernah menjadi tangsin saat perayaan Ence Pia. Monibi meminjam pedang yang konon kerap pula dijadikan perangkat ritual,” kata sumber.
Informasi ini ternyata turut dibenarkan Yudi. “iya, itu pedang milik Berti, dia dulu pernah menjadi tangsin. Saya yang meminjamnya,” kata Yudi.
Pedang itu menurut Yudi dipinjam karena pedang yang ada di Monibi sudah patah.
“Karena pedang di kami sudah patah dan undangan dari panitia tinggal sehari, jadi saya meminjam pedang itu kepada Berti. Tapi sudah lama pedang itu tak digunakan lagi, sudah beberpa tahun,” tandasnya.
Perayaan HUT ini dihadiri Pj Bupati Bolmong, Limi Mokodompit bersama jajaran Pemkab Bolmong, Ketua DPRD Bolmong, Welty Komaling, Anggota DPRD Bomong dan sejumlah masyarakat.
Penulis: Erwin Ch Makalunsenge
Komentar