Guru Cantik Ini Pilih Mengajar di Daerah Terpencil

BOLMONG–Tidak semua orang ingin bertugas di daerah pedalaman. Namun wanita cantik ini justru menginginkan hal itu. Dialah Vionita Levicha Salmon. Di usianya yang terbilang muda, gadis manis ini mengabdikan hidupnya pada sesuatu yang mulia. Menjadi guru di desa terpencil.

Lulusan Universitas Negeri Manado tahun 2015 ini bersedia. Bahkan ia sendiri yang minta ditempatkan di SMP Negeri 8 Dumoga Timur di Desa Ikarad, Kecamatan Dumoga Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).

Setelah lulus dari seleksi CPNS Kabupaten Bolmong 2018. “Saya ingin mengabdi disini,” kata dia.

Rumahnya di Desa Kanaan. Jarak antara dua desa sekira delapan kilometer.

Inilah tantangannya. Jalan tersebut bak neraka. Rusak parah. Setengah aspal setengah berbatu. Tanjakan dan turunan silih berganti. ‘Malaikat maut’ sembunyi di belokan.

Silap sedikit, nyawa melayang. Apalagi naik motor. Jika hujan, kesulitan berlipat lipat. Becek dimana mana. Perjalanan harus ditempuh setapak demi setapak dalam arti sesungguhnya. Bukan kiasan. Vionita ke sekolah dengan sepeda motor. Diantar ayah, teman atau ojek.

Sepatu ia bungkus. Agar tidak kena becek. Bila hujan, ia berteduh sambil berdoa agar hujan segera berhenti.

Agar ia bisa segera ketemu para siswanya. “Sulit, tapi senyum para siswa membuat segala penat hilang. Berganti sukacita,” ujarnya.

Pekerjaan di sekolah terpencil terbilang berat. Masalah utamanya adalah kekurangan guru. Ia guru matematika tapi musti merangkap sebagai guru secara umum. “Sulit tapi saya menikmatinya,” kata dia.

Saat musim Covid 19, para siswa diliburkan. Belajar di rumah. Tapi Vionita tetap bekerja. Dengan mendatangi

rumah para siswa. Perjalanannya jadi lebih panjang. Musti mendatangi para siswanya di rumah. “Kalau mereka ke
kebun, saya juga ke kebun,” kata dia.

Apa yang dilakukannya merupakan bentuk iman kristiani yang ia yakini seperti ayat Alkitab yang berbunyi

“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. “Ini juga bentuk kesetiaan saya pada tanah totabuan, Bolaang Mongondow dimana saya lahir dan dibesarkan. Saya harus mengabdi disini,” kata dia. (Viko)

Komentar